Kamis, 18 Juli 2024

Tradisi Ruwat Bumi Desa Nagasari


Tradisi Ruwat Bumi Desa Nagasari

Warga Desa Nagasari saat gotong royong memikul gunungan hasil bumi. (Foto: Rifki Afifan Pridiasto)

Banjarnegara - Puluhan masyarakat Desa Nagasari, Kecamatan Pagentan, Banjarnegara bergotong-royong memikul gunungan hasil bumi pada tradisi Ruwat Bumi, Minggu (14/7/2024). Tradisi Ruwat Bumi digelar dalam rangka memperingati Bulan Suro (Muharram) atau bertepatan dengan tahun baru Islam. 

Tradisi ruwat bumi ini telah turun temurun dilaksanakan di Desa Nagasari sebagai tanda rasa syukur masyarakat desa atas limpahan hasil bumi yang diberikan oleh Sang Kuasa. Mereka juga mengharapkan keselamatan dan kesejahteraan pada hasil bumi agar hasil panen terus melimpah. 

"Di sini ruwat bumi memang sudah turun temurun berjalan sejak dulu. Kami melanjutkan budaya yang sudah ada. Mayoritas warga Nagasari menggantungkan hasil bumi berupa pertanian dan perkebunan salak sebagai sumber pendapatan mereka. Sebagai bentuk rasa syukur, kami mengadakan ruwat bumi untuk Sang Kuasa, berharap selalu diberikan kesejahteraan pada hasil bumi desa," jelas terang Safrudin, Kepala Desa Nagasari saat menyampaikan sambutan pembukaan acara Ruwat Bumi, Minggu (14/7/2024).
                                 Para pemuda Desa Nagasari memakai baju adat Jawa saat hendak mengarak gunungan. (Foto: Rifki Afifan Pridiasto)


Tradisi ini sering kali melibatkan berbagai ritual, seperti sesaji, doa-doa, dan pementasan wayang atau tarian tradisional.

"Kita bawa gunungan hasil bumi dan beberapa sesaji yang nantinya diletakkan di tempat petilasan, di Wates, daerah Gunung Sewu. Nanti di sana kita memanjatkan doa pada Tuhan dan memohon restu para leluhur Desa Nagasari. Siang hari nanti ada Tari Lengger di depan rumah kadus 1. Penutupannya malam hari ada kesenian tari kuda lumping di tempat yang sama (depan rumah kadus)," tambah Safrudin.


Setelah didoakan, sesaji dan gunungan hasil bumi kembali dibawa ke rumah kadus 1 untuk direbutkan oleh masyarakat. Mereka berebut hasil bumi seperti padi, salak, sayuran, dan sebagainya. 

"Seru banget liat antusias masyarakat Desa Nagasari, mulai dari semangat gotong royong bawa gunungan yang berat itu, sampe tadi pas berebut gunungannya juga kondusif," ujar Sisca, salah satu mahasiswa KKN Unsoed yang turut menyaksikan tradisi Ruwat Bumi di Desa Nagasari.

Acara Ruwat Bumi di sesi pagi ditutup dengan 'selametan', dimana warga Desa Nagasari dikumpulkan untuk makan bersama di halaman rumah kadus 1, kediaman Bapak Darno.

"Tujuan kami mengumpulkan warga Desa Nagasari dari dusun 1 sampai 4 tidak lain untuk mempererat kerukunan dan tali silaturahmi, kelestarian budaya lah yang menyatukan kami," tandas Safrudin.


                                               Puluhan warga Desa Nagasari saat mengarak gunungan hasil bumi. (Foto: Rifki Afifan Pridiasto)











 





0 komentar:

Posting Komentar